Listyani R.A., T and Purwanto, Purwanto and Soladopo, F.V. (2010) KARAKTERISTIK HIDROGEOLOGI DAERAH BAJAWA, FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR. In: SNAST 2010, 11 Desember 2010, IST AKPRIND Yogyakarta.
Text (Prosiding Seminar Nasional SNAST 2010)
C7.3. SNAST 2010 TL dkk.pdf Download (2MB) |
Abstract
Kebutuhan akan sumber daya airtanah mendorong adanya eksplorasi terutama di daerah sulit air seperti daerah Bajawa, Kabupaten Ngada, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Survei hidrogeologi diawali dengan studi pustaka/pencarian data sekunder yang meliputi curah hujan, klimatologi, dan data penelitian geologi maupun hidrogeologi terdahulu. Data primer diambil melalui pemetaan geologi dan hidrogeologi, inventarisasi sumber air permukaan dan airtanah, serta survei geolistrik. Hasil analisis data geolistrik menunjukkan adanya zone basah (indikasi kemungkinan terdapatnya akifer) yaitu di Kelurahan Mangulewa, Kecamatan Golewa; Desa Ngedubaga, Kelurahan Bomari, dan Desa Ngalisabu, Kelurahan Bajawa, Kecamatan Bajawa. Uji permeabilitas menunjukkan adanya daerah cukup kedap yang tersusun oleh tuf dengan nilai permeabilitas (K) = 4,7 x 10-4 cm/dt serta daerah yang lulus air yang tersusun oleh batupasir dan tanah dengan nilai permeabilitas (K) = 1,5 x 10-2 - 8,6 x 10-2 cm/dt. Daerah imbuhan meliputi di beberapa tempat yang di antaranya Kelurahan Susu, Ngadabawa, dan semua daerah Vulkanik Parasiter. Permasalahan yang khas di daerah ini adalah bahwa sebagian besar keberadaan lapisan batuan yang impermeable (kedap) sangat jarang (hanya jika didapatkan lapisan batuan beku lava dan tuf). Peresapan yang tidak mencapai batuan-batuan tersebut akan terus meresap sampai kedalaman yang lebih besar, mencapai lebih dari 120 m. Daerah luahan mencakup Kota Bajawa, Desa Golewa, dan sekitarnya, namun berdasarkan kondisi geologinya daerah luahan ini tidak mutlak, dimana pada kondisi tidak jenuh daerah tersebut juga berfungsi sebagai daerah resapan. Konservasi airtanah pada daerah penelitian mutlak dilakukan karena jumlah airtanah relatif terbatas dan keberadaannya sangat tergantung pada jenis batuan dan curah hujan. Program konservasi airtanah dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu: penghutanan kembali; membuat beberapa embung untuk menampung aliran air Sungai Wae Woki; melakukan pemeliharaan mata air; melakukan pemantauan terhadap buangan air limbah; dan untuk mata air yang memiliki pH di bawah 6,5 (Wae Woki, Mangulewa, Wae Wio, Wae Bhere dan Mukufoka), pada pemakaian langsung oleh masyarakat perlu dilakukan penetralan dengan menambah alkalinitas/kebasaan.
Item Type: | Conference or Workshop Item (Speech) |
---|---|
Subjects: | Q Science > QE Geology |
Depositing User: | suma SR romdani |
Date Deposited: | 16 Feb 2021 13:44 |
Last Modified: | 16 Feb 2021 13:44 |
URI: | https://repository.itny.ac.id/id/eprint/2823 |
Actions (login required)
View Item |