%0 Thesis %9 Other %A SITI NURAINI, S.T., M.Si., M.Sc., NIDN 0512067102 %A itny, %B FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL %D 2018 %F ITNYREPOID:152 %I institut teknologi nasional yogyakarta %P 28 %T INTERPRETASI MODEL PENGENDAPAN DELTA PURBA FORMASI NANGGULAN BERDASARKAN PENGAMATAN LAPANGAN DI KALI WATUPURU DAN KALI SONGGO , PEGUNUNGAN KULON PROGO, YOGYAKARTA %U https://repository.itny.ac.id/id/eprint/152/ %X Delta purba Nanggulan yang berumur Eosen Akhir sampai Oligosen Awal mencerminkan sebuah delta yang terbentuk dipengaruhi oleh dua kekuatan yaitu arus pasang-surut (tidal) dan gelombang/badai (wave/storm). Sehingga disimpulkan merupakan delta yang didominasi oleh dua kombinasi arus yaitu pasang-surut dan gelombang (tide and wave dominated delta). Dua lintasan pengamatan yaitu Kali Watupuru dan Kali Songgo, Pegunungan Kulon Progo, Yogyakarta merupakan jalur pengamatan singkapan yang kemudian dianalisis menggunakan referensi dan analog studi model delta dunia. Berdasarkan pengamatan singkapan di lapangan banyak sekali ditemukan struktur sedimen penciri arus heterolitik seperti struktur sedimen bergelombang (wavy lamination), laminasi lenticular (lenticular lamination), laminasi flaser (flaser lamination). Kehadiran tungkupan lempung (mud drape) juga menyimpulkan adanya pengaruh arus dua arah yang membawa sedimen-sedimen membentuk gelembur gelombang pasang-surut. Di samping itu penciri kehadiran badai (storm) juga banyak sekali dijumpai di Kali Watupuru dan Songgo yaitu struktur sedimen hummocky (hummocky cross stratification/ HCS). Pembentukan HCS terbentuk pada kedalaman air di bawah kondisi normal gelombang (fair weather wave base) dan di atas badai (storm-weather wave base). Delta purba Nanggulan memiliki pola progradasi ke arah tenggara dengan sudut lapisan miring (clinoform bed) sebesar 28 sampai 40o. Anatomi delta purba Nanggulan menggambarkan bagian topset berlapis hampir horizontal yang langsung menutupi foreset lapisan miring di bawahnya (Kali Watupuru dan Kali Songgo). Kata kunci : delta purba Nanggulan, Kali Watupuru dan Kali Songgo, laminasi lenticular, laminasi bergelombang, laminasi flaser, pasang-surut (tidal), badai (storm), hummocky cross stratification (HCS).